Ada
pepatah yang mengatakan guru adalah seorang
manajer, dia adalah seorang manajer dikelas yang harus mampu mengatur
dan mengintegrasikan berbagai komponen didalam kelas demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Beberapa kasus ditemukan guru yang merasa terbebani ketika
mengajar karena dirasakan siswa dikelas selalu ribut dan sukar diatur. Walaupun
berbagai upaya telah dilakukan oleh si guru kelas masih tetap ribut dan bahkan
ada beberapa siswa tertidur selama pembelajaran berlangsung. perasaan frustasi ini akan berdampak kurang baik jika dalam
waktu yang lama si guru belum bisa mencari jawaban tentang tehnik atau cara
mengelola kelas dengan baik, karana ketidakmampuanya dalam mengelola kelas
dalam jangka waktu lama akan berpengaruh terhadap performa dan cara dia
mengajar . guru akan cepat terpancing emosinya dan cuek dengan keadaan
sekeliling lingkungan belajar. Guru kadang terpancing menggunakan cara punitif dalam
mengelola kelas agar tertib dan tidak ribut, berbagai ucapan dengan nada tinggi
kadang disertai ancaman dilontarkan kepada siswa agar siswa bisa berhenti
membuat keributan didalam kelas atau siswa mau memperhatikan selama si guru
sedang menerangkan.
Sehingga
pada akhirnya suasana belajar mencekam karena pembelajaran tidak berlangsung
dengan nyaman baik oleh siswa juga oleh si guru. Interaksi selama proses
pembelajaran ujung ujungnya bersifat basa basi saja karena si guru pada
akhirnya merasa dia masuk kelas tersebut hanya menunaikan tugas mengajar saja (tidak
adanya perasaan passion mendalam dalam mengajar) hal sama juga terjadi pada
siswanya, mereka hanya duduk mencatat dan diam selama pembelajaran dengan
pikiran yang berkelana entah kemana.
Inilah
fenomena yang sering terjadi terutama ketika kita sebagai guru mengajar dikelas
yang banyak siswa siwanya relatif bermasalah, bermasalah disini dalam arti ada
siswa yang semangat belajar mengalami penurunan karena berbagai sebab seperti
perasaan tertinggal jauh dengan rekan rekan lainnya, sering kali dicela oleh
guru atas ketidak mampuannya dalam mengikuti pelajaran (seperti ejekan ejekan
bahwa siswa tersebut tidak bakalan naik atau sebaiknya pindah sekolah saja),
atau si siswa mengalami masalah yang kompleks di keluarganya karena perceraian
orang tua atau peristiwa lain yang mengganggu si siswa tersebut. Atau bahkan si
anak mengalami gangguan psikologis emosional atau mental seperti autisme, ADHD (attention
deficit hyperactive disorder), Dyslexia, Dysprexia, Discalculia dll.
Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya seorang guru sekolah umum harus mengajar
anak anak tersebut. Untuk kasus seperti diatas sekolah sebaiknya segera
bekerjasama dengan orangtuas siswa agar dipindahkan sekolah yang lebih sesuai
seperti sekolah luar biasa (SLB).
Maka
untuk itulah seorang guru ketika memasuki kelas sebaiknya mempersiapkan diri
dengan melakukan pentahapan pentahapan dahulu tidak langsung memberikan materi. Hal yang
bisa dilakukan oleh seorang guru adalah Seperti menyapa siswanya sambil mencoba
mendalami peristiwa yang terjadi hari itu. Layangkan pandangan kita ke seluruh
kelas, dan sambil coba menemukan sesuatu untuk di eksplorasi. Jika ada siswa
yang murung hari itu ajak mereka komunikasi dan cari tahu mengapa mereka
terlihat murung hari itu, jika terlihat ada siswa yag mengantuk juga ajak komunikasi dan cari
tahu jam berapa mereka tidur tadi malam, kemudian tanyakan juga tentang
kewajiban mereka belajar apakah sudah mereka tunaikan. Lakukan semua itu dengan
tulus sehingga akan terjalin interkasi positif sebelum pembelajaran berlangsung
antara guru dan siswa.
Setelah
itu kita bisa menyampaikan materi belajar sesuai dengan rencana semula. Namun
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan materi seperti
pertama dalam menerangkan materi atau konsep, berikanlah secara perlahan dan
bertahap. Karena siswa lebih mudah menerima materi atau konsep yang diberikan
secara bertahap dari yang mudah dan meningkat ke materi dan konsep yang sulit,
atau dalam menerangkan sebuah materi mulai jelaskan mulai dari sesuatu yang
konkret lalu kemudian secara perlahan bergeser kearah yang bersifat abstrak.
Serta usahakan dalam pemberian materi dilakukan secara berurutan tidak acak
atau bahkan meloncat loncat karena semua itu akan membingungkan si siswa itu
sendiri Karena dengan begitu materi pembelajaran yang diberikan oleh guru akan
dengan mudah dicerna oleh siswa. Ketika siswa mampu mengikuti materi
pembelajaran maka akan timbul kepercayaan bukan hanya pada dirinya sebagai
pelaku pembelajaran tetapi juga kepercayaan kepada si pengajar atau si guru,
karena si anak merasa guru mampu memberikan tuntunan dan bimbingan yang benar
kepadanya, dari awalnya dia tidak bisa menjadi bisa. Dari awalnya dia tidak
tahu menjadi tahu.
Yang
kedua sebaiknya siswa juga dilibatkan dalam pengaturan dan pendekorasian kelas.
Ajak mereka mendesain kelas, tentang pengaturan rak buku, tempat penyimpanan
hasil lembar kerja, dan pengaturan rak sepatu. Dengan begitu ada keterlibatan
secara emosional antara siswa dan kelasnya, mereka bersusah payah mendesain
kelas, mebersihkan kelas tentunya berusaha tidak akan mengotori kelasnya. Desain kelas yang unik dan mencerminkan
kepribadian penghuninya akan menjadi kebanggan buat siswa, apalagi guru jangan
pelit dalam memberikan pujian atau reward kepad kelas yang berhasil menjaga
kebersiahan kelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar