Pages

Senin, 26 November 2012

Quo vadis RSBI

semenjak menunculannya program RSBI menuai banyak protes dari kalangan pemerhati pendidikan, karena RSBI dianggap melakukan diskrimansi hak peserta didik dalam memperolah pelayanan pendidikan terbaik. RSBI di pandang sebagai kasta nisasi dalam struktur layanan pendidikan terhadap masyarakat. betapa tidak untuk masuk pada sekolah yang berstandar RSBI banyak uang yang harus di keluarkan, bahkan angkanya ada yang menyentuh angka puluhan juta rupiah, memang ada alokasi kuota buat anak tidak mampu tetapi itupun sangat kecil dibawah 10 %.
dalam sebuah program studi banding (upaya menjalin kerja sama antar sekolah indonesia dan jepang) program RSBI ini mendapat kritik tajam dari para komunitas pendidik di jepang, bahkan mereka lebih lanjut mengatakan bahwa program RSBI ini tidak mempunyai arah yang jelas sebagai salah satu program peningkatan mutu pendidikan. menurut mereka pendidikan bukanlah barang elitis yang membuat keterjangkauan terhadap pendidikan berlangsung tidak seimbang, maksudnya adalah ketika pendidikan di buat tidak seimbang/ ada masyarakat yang mampu memperoleh pelayanan RSBI ada yang tidak mampu diakerenakan aturan yang dibuat tidak berkeadilan ini justru menjadi bumerang buat pendidikan itu sendiri. pendidikan seharusnya mengajarkan azas kesamaan hak serta memberikan akses sama terhadap semua  masyarakat. di jepang dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, bukanlah membuat standarisasi sesuai dengan negara lain tetapi bagaimana melengkapi fasilitas pendidikan secara sama diseluruh negeri agar siswa mendapt pelayanan yang sama.
beberapa tahun lalu pemerintah memang pernah mengutarakan kegundahanya dengan banyaknya siswa indonesia berduit melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, dan salah satu unsur pendoron dari pendirian RSBI menurut saya adalah menjaring siswa mampu untuk tetap bersekolah di indonesia dengan biaya yang sama seperti di luar negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar